Senin, 05 November 2012

Masih pantaskah seorang guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa?

Apa yang terlintas dibenak anda yang membaca judul diatas? mungkin ada sebagian orang yang pernah menjadi pelajar atau sedang menjadi pelajar yang berpikir seperti judul dari tulisan yang saya buat ini. Tapi mengapa mereka tidak pantas lagi disebut pahlawan tanpa tanda jasa? 

Sejujurnya saya sendiri adalah seorang mahasiswi jurusan pendidikan yang sekarang sedang mempersiapkan diri menjadi seorang pengajar atau guru. Buat saya guru adalah seorang pahlawa tanpa tanda jasa itu benar, namun harus digaris bawahi bahwa tidak semua guru untuk saat ini pantas disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa? mengapa demikian? Karena banyak dari mereka yang masih belum ikhlas mengajar dengan baik dan mampu melayani siswa dengan sebaik-baiknya. Di samping itu ada suatu kekcewaan saya terhadap pengajaran guru di waktu saya sekolah menengah dulu. Banyak kisah yang saya temukan bahwa guru-guru tersebut rela menjual nilai mereka kepada siswa. Maksud menjual nilai disini bukan berarti guru tersebut meminta bayaran kepada siswa agar nilai siswa tersebut bisa menjadi baik, tapi guru tersebut menjual nilai siswa dengan cara membuka les tambahan dan memberikan soal ulangan tersebut pada siswa yang les. Bahkan parahnya lagi, pernah saya temukan seorang guru yang mengajar saat les itu lebih bagus daripada saat mengajar di kelas? dan yang paling parah ada juga guru yang secara terang-terang meminta sumbangan kepada siswa diakhir semester. Sumbangan tersebut bermacam-macam jenisnya, mulai dari sepatu hingga minyak wangi. Tidakkah itu suatu hal yang sangat memprihatinkan? Dimana letak keadilan dan profesionalisme seorang guru? Masih pantaskah seorang guru seperti itu disebut pahlawan tanpa tanda jasa? Buat saya guru seperti itu sudah tidak pantas disebut pahlawan tanpa tanpa jasa. 

Saya tahu profesi sebagai seorang guru itu sangat sulit. Bahkan jika dibandingkan dengan kelalaian seorang dokter saat melakukan operasi bedah, nampaknya lebih parah dari pengajaran guru yang salah. Mengapa? Karena jika seorang dokter lalai saat operasi, dampak buruk akibat perbuatannya dokter tersebut akan dianggap malpraktik dan langsung bisa dituntun dan dijerat hukum. Bisa kita katakan bahwa cukup pasien itu saja yang menderita. Sedangkan guru? Saat ia lalai atau mengajarkan sesuatu yang salah, tidak akan ada bukan siswa yang akan melaporkan guru tersebut dan ia tidak akan dijerat hukum. Namun dampak buruknya buat siswa, kesalahan yang diajarkan oleh guru tersebut akan dibawa oleh siswa seumur hidupnya dan bahkan ia bisa menurunkan kesalahan tersebut ke orang lain dan kesalahan itu akan terus turun temurun sampai ada seseorang yang sadar bahwa apa yang guru tersebut ajarkan itu salah. Oleh karena itu masih tegakah seorang guru mengajar secara tidak profesional? 

 Seorang guru yang mulia itu menurut saya adalah guru yang tegas dalam hal melarang mencontek. Mencontek adalah suatu sikap mental ang sangat buruk dan bersifat menghancurkan dalam diri seseorang. Kita seua tahu bahwa awal dari bibit korupsi adalah mencontek. Tapi mengapa banyak dari guru kita yang kurang tegas dalam ha melarang seorang siswa mencontek? Saat seorang siswa biasa mencontek dan banyak diatara teman-temannya juga biasa mencontek, maka siswa tersebut sudah membangun mental korupsi dalam benak mereka. Mulai dari kebiasaan mencontek, siswa akan terbiasa melanggar aturan dan mereka akan menganggap suatu kecurangan itu hal yang lumrah. Pada akhirnya ia akan terbiasa menghalalkan segala cara disaat mendapatan situasi yang mendesak. Akibat dari mencontek yang sangat mengerikan tersebut, saya berani menganggap seorang guru yang mulia itu adalah mereka yang melarang dengan tegas mencontek. 

Guru ideal menurut saya adalah seseorang yang mengajar karena memang ia menyukai siswa, membuat suatu pembelajaran yang menyenangkan, bisa tegas menghukum siswa yang salah, mampu dekat dengan siswanya, tidak memaksa siswanya les dengan biaya yang mahal dan yang paling penting dengan tegas membasmi kebiasaan mencontek. Saya mengerti betapa sulitnya mengajar dan membuat siswa paham dengan suatu materi pembelajaran,namun saya rasa cukuplah seorang guru itu berusaha menampilakan sesuatu yang terbaik dari dirinya untuk megajar, tidak subjektif dan tidak meminta uang kepada siswa. Wajar saja seorang guru membuka les tambahan, cuma tidak perlu sampai menjual soal ulangan kepada siswa kan? Tingkah laku guru seperti itu hanya akan membuat kesan pada benak siswa bahwa guru tersebut matrealistis dan saya yakin wibawa seorang guru seperti itu sudah tidak ada dibenak siswa yang ia ajar. 

Satu hal yang saya harapkan dari seorang guru, berusahalah untuk menjadi seseorang yang profesional dan mengajarlah dengan ikhlas agar para siswa senang belajar dan masih menganggap seorang guru adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Terus maju pendidikan Indonesia!


 

2 komentar:

Taruna mengatakan...

srius, ane suka pisan paragrap 3... MANTAB coy...!!!

ayu mengatakan...

makasih gan komennya :)